Jaga Budaya Adiluhur, Pius Bakti Utama Kebumen Gelar Pagelaran Ketoprak Milenial

Foto : Para Siswa Saat Memainkan Ketoprak




KEBUMEN (BANYUMAS POS) - Sekolah Pius Bhakti Utama Kebumen menggelar kegiatan bertajuk 'Pibama Rapsodia Budaya', Sabtu (28/1/2023) di Jalan Pahlawan No. 155 Kebumen. 

Kegiatan bertemakan 'Dudu Sanak Dudu Kadang Aja Nganti Kebudayaan Ilang' menampilkan pagelaran ketoprak milenial yang dilakukan oleh siswa baik TK, SD maupun SMP Pius Bakti Utama Kebumen. 

Bupati Kebumen diwakili oleh Kepala Disparbud Kebumen, Sri Kuntarti dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada seluruh Civitas Akademika Pius Bakti Utama Kebumen yang telah melaksanakan kegiatan tersebut. 

"Terima kasih kepada seluruh Civitas Akademika Pius Bakti Utama Kebumen yang telah menggelar acara yang menarik sekaligus menggelitik ini yaitu Ketoprak Milenial. Saya yakin para pemainnya adalah anak-anak kita yang hebat, serta mengambil judul 'Larasati Ngilangi Tompel, Kisah Gadis Biasa diantara Luar Biasa'," ungkapnya. 

Ia menyebut, pagelaran ketoprak milenial ini bisa untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan seni tradisional di Kabupaten Kebumen. 

"Selain itu, dapat membentuk karakter anak sesuai profil pelajar Pancasila. Acaranya juga sangat meriah dan dilakukan secara konsisten," ucap Sri. 

Menurutnya, kegiatan positif tersebut dapat dijadikan sebagai ajang untuk saling asih, asah dan asuh di bidang seni tradisional ketoprak. 

Lanjut dia, pentas ketoprak juga memiliki banyak nilai karakter mulai dari semangat gotong royong, saling menghormati, sopan santun dan karakter perjuangan kehidupan para tokoh yang bisa diteladani para pelajar. 

"Dan menginspirasi kita semua. Tidak sekadar menghibur dengan alur cerita yang menarik, namun ketoprak ini dimainkan oleh milenial, tentu saja ini memberi warna lain," ujar Sri. 

Kemudian, kata dia, juga memberikan kontribusi dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang sesungguhnya bagi generasi muda dan para pelajar, khususnya di Kebumen. 


"Saya juga memandang penyelenggaraan ketoprak oleh Pius Bakti Utama Kebumen adalah sebuah upaya memaksimalkan fungsi dan peran lembaga pendidikan untuk mewujudkan berdasarkan pendidikan Pancasila, yakni karakter yang meluhurkan, mengembangkan, dan melestarikan seni budaya daerah," katanya. 

Selanjutnya, ia mengatakan, kegiatan pada malam hari ini yang digelar Sekolah Pius Bhakti Utama Kebumen tersebut juga turut mengupayakan kelestarian ketoprak sebagai warisan budaya lokal. 

"Mari lakukan sosialisasi dan edukasi terkait kegiatan ketoprak milenial maupun ketoprak pada umumnya ini melalui berbagai media kekinian, yang kemudian dapat menjangkau dan mengedukasi generasi muda kita, yang diharapkan akan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya adiluhung ini," ajaknya. 

Sementara, Theresia Prisana Purbani mengatakan, kegiatan bertajuk 'Pibama Rapsodia Budaya' tersebut diselenggarakan dalam rangka berkontribusi menjaga kebudayaan adiluhur. 

"Sekolah Pius konsisten memberikan ekstra-ekstra yang bisa melestarikan kebudayaan yang ditampilkan seperti pada malam hari ini. Acaranya Baronsai, ada pujian kepada Nusantara berisi nyanyian medre Nusantara, tarian, ketoprak milenial dan tujuannya adalah untuk menjaga tradisi kita," ungkapnya. 

Selain itu, lanjut dia, mengenalkan kembali ke anak muda apa itu ketroprak, bagaimana itu lakin ketroprak dan untuk membangun karakter anak-anak dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah dipersiapan oleh sekolah Pius Bakti Utama. 

"Harapannya anak-anak nanti akan semakin mencintai kebudayaan, misalnya menjadi mencintai ketroprak yang sudah dimodifikasi yang lebih modern sehingga ketroprak ini bisa terus lestari," pintanya. 

Theresia menyampaikan, ketoprak tersebut diperankan oleh semua siswa dari TK, SD maupun SMP Pius Bakti Utama Kebumen. 

"Jadi kami berkolaborasi untuk memerankan lakon Larasati ngilangin tompel," ucap Theresia. 

Ia menjelaskan, Larasati ini adalah anak dari Kanjeng Temenggung Kebumian, ada 3 putra putri dari Kanjeng Kebumian dan semua keluarga ini mempunyai keajaiban.

"Ada yang bisa mampu berganti busana, ada yang bisa meluluhkan bunga dan satu anak yang bernama Larasati ini ternyata tidak memiliki keajaiban apapun. Dan yang diangkat cerita ini bahwa dengan menerima diri apa adanya, bersyukur,bisa memperbaiki segala sesuatu," pungkas Theresia. 

Pewarta : Lia
Previous Post Next Post